“Instagrammable !” Mungkin kata kunci inilah yang muncul di benak kita ketika ada yang menanyakan, apa yang dimaksud dengan kafe kekinian. Interior ala Skandinavia / industrial yang minimalis, dinding yang dihiasi oleh lukisan mural, atau makanan fusion yang tidak konvensional bahkan terlalu indah dan sayang untuk dimakan, adalah beberapa elemen yang menjadi tolak ukur apakah sebuah kafe sudah masuk kategori kekinian atau belum. Namun, ada faktor lain yang sering terlewatkan oleh para pengusaha kafe di dalam negeri. Padahal faktor ini bisa jadi menjadi jalan pintas dari hanya sekedar kafe menjadi kafe yang kekinian. Faktor tersebut adalah sebuah terobosan digital yaitu mekanisme self-service (layanan mandiri).Untuk masyarakat Indonesia yang terbiasa dilayani, tampaknya belum terbiasa apabila diperkenalkan konsep layanan mandiri ini. Layaknya restoran di luar negeri terutama restoran fast food dan kafe, sudah menjadi norma untuk membereskan sendiri makanan dan minuman yang sudah kita konsumsi ke tempat sampah yang sudah disediakan oleh restoran / kafe. Namun paling tidak, para pengusaha kafe dapat memulai konsep layanan mandiri ini dengan self-order (pemesanan mandiri) dan self-payment (pembayaran mandiri).
Dengan tersedia perangkat tablet di tiap meja, pelanggan dapat melakukan pemesanan kapanpun mereka siap, tanpa harus menunggu pramusaji datang dan mencatat pesanan mereka. Selain itu, pelanggan dapat mempelajari menu-menu yang ditawarkan dengan seksama melalui foto dan informasi yang lebih detail, mulai dari informasi kandungan kalori, nutrisi, penyebutan bahan yang dapat menyebabkan alergi (allergen) yang terdapat di dalam menu tertentu. Hal ini mungkin tidak dapat dilakukan dengan leluasa dengan keterbatasan jumlah halaman dari sebuah buku menu. Karena hal ini sudah umum digunakan sebagai standar di luar negeri.
Bukan hanya pesanan, pelanggan juga dapat melakukan pembayaran secara mandiri melalui tablet. Hal ini dapat membantu mengurangi pekerjaan pramusaji di sebuah kafé. Dari sini, pengusaha kafé dapat mengurangi jumlah karyawan yang dapat meringankan biaya operasional. Selain itu pramusaji dapat memanfaatkan waktu mereka untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengunjung. Hal ini tentu saja akan meningkatkan kepuasan pelanggan, dan pada akhirnya meningkatkan penjualan kafe tersebut. [Beige]